Jumat, 23 Oktober 2015

Keterampilan Berbahasa Aspek Mendengarkan dan Berbicara

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sebagai calon guru atau pendidik kita harus mempunyai pengetahuan, kreatifitas juga wawasan yang luas mengenai keterampilan berbahasa dan sastra indonesia. Selain itu kita harus mengerti, mengetahui, memahami tentang keterampilan berbahasa yaitu membaca, menulis, mendengarkan atau menyimak dan berbicara.Dalam hal ini penulis bermaksud untuk sedikit memaparkan mengenai salah satu dari aspek keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan dan berbicara. Penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah khususnya sekolah dasar (SD).

B.     Tujuan
Penyusun menulis makalah yang berjudul, ” Keterampilan Berbahasa Aspek Mendengarkan dan Berbicara” ini memiliki berbagai tujuan sebagai berikut ini:
1.      Untuk mengetahui apa itu Keterampilan berbahasa.
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis keterampilan berbahasa khususnya mendengarkan dan berbicaara.
3.      Untuk mengetahui hubungan keterampilan mendengar dan berbicara dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar.

C.    Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah yang berjudul, ” Keterampilan Berbahasa Aspek Mendengarkan dan Berbicara” tentunya didasari oleh berbagai pertanyaan yang dijadikan sebagai rumusan masalah, yaitu:
1.      Apakah itu keterampilan mendengarkan dan berbicara?
2.      Ada berapa macam keterampilan berbahasa aspek mendengarkan dan berbicara?
3.      Bagaimana hubungan keterampilan berbahasa aspek mendengarkan dan berbicara di sekolah dasar?

BAB II
PEMBAHASAN

A.     Hakikat Keterampilan Bahasa
Keterampilan bahasa ada empat aspek, yaitu keterampilan berbicara, menyimak, menulis, dan membaca. Dalam berbicara, si pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Kemudian, dalam menyimak si penerima pesan berupaya memberi makna terhadap bahasa lisan yang disampaikan orang lain. Selanjutnya, dalam menulis si pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa tulis. Dipihak lain, dalam membaca si penerima pesan berupaya memberikan makna terhadap bahasa tulis yang disampaikan orang lain.
Dalam mengirimkan pesan, antara lain si pengirim harus memiliki keterampilan dalam melakukan proses encoding. Sebaliknya dalam menerima pesan si penerima harus memiliki keteramplilan dalam melakukan proses decoding.
Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi komunikasi dalam masyarakat. Banyak profesi dalam kehidupan bermasyarakat yang keberhasilannya, antara lain tergantung pada tingkat keterampilan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang, misalnya profesi sebagai manager, jaksa, pengacara, guru, dan wartawan.
Ada 4 aspek keterampilan berbahasa Indoneia yaitu mendengar (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Mendengarkan dan berbicara merupakan aspek keterampilan berbahasa ragam lisan, sedangkan membaca dan menulis merupakan keterampilan berbahasa ragam tulis. Mendengarkan dan membaca adalah keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif, sedangkan berbicara dan menulis bersifat produktif. Untuk menguasai keempat jenis keterampilan berbahasa tersebut seseorang harus menguasai sejumlah keterampilan mikro.
Berbicara dan mendengarkan adalah dua jenis keterampilan berbahasa lisan yang sangat erat kaitannya. Berbicara bersifat produktif sedangkan mendengarkan bersifat reseptif. Dua jenis keterampilan berbahasa lainnya, yaitu menulis dan membaca. Keduanya merupakan jenis keterampilan berbahasa ragam tulis. Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca bersifat reseptif.
Dalam pemerolehan atau belajar suatu bahasa, keterampilan berbahasa jenis reseptif tampak banyak mendukung pemerolehan bahasa jenis produktif. Dalam suatu peristiwa komunikasi sering kali beberapa jenis keterampilan berbahasa digunakan secara bersama-sama guna mencapai tujuan komunikasi.
  
B.      Aspek Keterampilan Bahasa
Keterampilan bahasa (language skills) mencakup empat keterampilan berikut.
1.      Keterampilan menyimak (listening skills)
2.      Keterampilan berbicara (speaking skills)
3.      Keterampilan membaca (reading skills)
4.      Keterampilan menulis (writing skills)



Ciri-ciri
Lisan
Tulisan
Reseptif
Mendengarkan
Membaca
Produktif
Berbicara
Menulis









Keempat keterampilan bahasa itu saling berkait satu sama lain, sehingga untuk mempelajari salah satu keterampilan berbahasa, beberapa keterampilan berbahasa lainnya juga akan terlibat.
Dalam memperoleh keterampilan berbahasa biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula, pada masa kecil, kita belajar menyimak/mendengarkan bahasa, kemudian berbicara, membaca, dan menulis. Dengan demikian, rangkaian pemerolehan keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, kemudian menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan keterampilan membaca dan menulis pada umumnya dipelajari di sekolah. Keempat aspek keterampilan bahasa berhubungan satu sama lain.

1.      Keterampilan menyimak (listening skills)
Menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat reseptif. Dengan demikian, menyimak tidak sekadar kegiatan mendengarkan tetapi juga memahaminya. Ada dua jenis situasi dalam menyimak, yaitu situasi menyimak secara interaktif dan situasi menyimak secara noninteraktif. Menyimak secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenisnya. Dalam menyimak jenis ini, kita bergantian melakukan aktivitas menyimak dan berbicara. Oleh karena itu, kita memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian, contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, film, khotbah, atau menyimak dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi menyimak noninteraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa pembicara mengulangi apa yang diucapkan, dan tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.
Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus mampu menguasai beberapa hal berikut:
a.      Menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek (short-term memory);
b.      Berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa target;
c.       Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara, intonasi, dan adanya reduksi bentuk-bentuk kata;
d.      Membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar;
e.      Mengenal bentuk-bentuk kata khusus (typical word-order patterns);
f.        Mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasi topik dan gagasan;
g.      Menebak makna dari konteks;
h.      Mengenal kelas-kelas kata (grammatical word classes);
i.        Menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis;
j.        Mengenal perangkat-perangkat kohesif (recognize cohesive devices);
k.       Mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan unsur-unsur lainnya.

2.      Keterampilan berbicara (speaking skills)
Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat produktif. Sehubungan dengan keterampilan berbicara ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan menyimak, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta lawan bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian, ada pula situasi berbicara yang semiinteraktif, misalnya alam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara. Seorang pembicara harus dapat:
a.      Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya;
b.      Menggunakan tekanan dan nada serta intonasi yang jelas dan tepat sehingga pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara;
c.       Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat;
d.      Menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi, termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antara pembicara dan pendengar;
e.      Berupaya agar kalimat-kalimat utama (the main sentence constituents) jelas bagi pendengar;
f.        Berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide utama;
g.      Berupaya agar wacana berpautan secara selaras sehingga pendengar mudah mengikuti pembicaraan.

C.      ASPEK-ASPEK PEMBELAJARAN BAHASA

1.      MENDENGARKAN
Mendengarkan atau menyimak merupakan bentuk komunikasi lisan yang bersifat reseptif. Mendengarkan dilakukan dengan atensi dan intensi. Pendengar harus memasang telinga baik-baik, memusatkan konsentrasi, dan menimbulkan suatu kebutuhan untuk memperoleh informasi. Hal ini berbeda dengan kegiatan mendengar yang berarti dalam keadaan mampu atau dapat menangkap suatu bunyi/suara dengan telinga. Meskipun demikian, mendengar dan mendengarkan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Kegiatan mendengarkan terdiri atas tindakan mendengar, memahami, dan mengapresiasi atau menanggapi. Ada tiga tahapan penting dalam proses mendengarkan, yaitu:
a.      Tahap interpretasi: pendengar menafsirkan makna atau pesan yang terkandung dalam informasi yang didengar;
b.      Tahap evaluasi: pendengar membuat penilaian atas informasi yang didengar dan mengambil suatu keputusan,
c.       Tahap reaksi: pendengar melakukan suatu tindak lanjut sebagai bentuk respon atau tanggapan atas informasi yang didengar.

Mendengarkan merupakan tindakan aktif reseptif, pendengar tidak sekadar menerima informasi, tetapi juga mengolah atau memprosesnya. Dalam proses pengolahan itu terjadi interaksi aktif antara informasi yang diperoleh dengan informasi/pengetahuan awal yang dimiliki pendengar. Kemampuan pendengar memahami dan memproses informasi sangat dipengaruhi oleh tujuan mendengarkan serta wawasan yang dimiliki.
Pembelajaran mendengarkan tidak disajikan secara terlepas, tetapi terpadu (integrative) dengan aspek-aspek pembelajaran bahasan yang lain, misalnya dikaitkan dengan pembelajaran menulis dan berbicara. Hal ini sejalan dengan rambu-rambu yang terdapat dalam pengantar Standar Isi 2006 KTSP yang mengatakan bahwa pembelajaran bahasa mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang dilaksanakan secara terpadu dan dengan porsi yang seimbang.
Kegiatan mendengarkan atau menyimak untuk siswa SMA dan MA sangat beragam. Berdasarkan bahan atau sumber simakan, kegiatan mendengarkan tersebut meliputi mendengarkan siaran berita radio dan televisi, sambutan atau khotbah, pembicaraan dalam diskusi atau seminar, wawancara, laporan lisan, cerita secara langsung atau rekaman, pementasan drama, pembacaan cerpen, pembacaan penggalan novel, pembacaan teks drama,dan pembacaan puisi.

Sedangkan berdasarkan tujuannya, pembelajaran mendengarkan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a.      Mendengarkan untuk menangkap ide-ide pokok,
b.      Mendengarkan untuk menangkap detail-detail penting,
c.       Mendengarkan untuk memahami urutan peristiwa,
d.      Mendengarkan untuk membuat prediksi dengan mengembangkan daya imajinasi,
e.      Mendengarkan melakukan apresiasi karya sastra.

Untuk mencapai hasil yang optimal, pembelajaran mendengarkan atau menyimak harus dikembangkan dengan berstrategi. Ada 3 tahap strategi pembelajaran menyimak yang harus dilewati, yaitu:
a.      Tahap pramenyimak: guru membangkitkan skemata siswa, yaitu pengetahuan awal dan pengalaman hidup siswa yang berhubungan dengan topik simakan. Hal ini bisa dilakukan secara visual dengan menunjukkan sebuah gambar yang menarik,
b.      Tahap menyimak: secara garis besar meliputi proses interpretasi/memahami dan  mengevaluasinya,
c.       Tahap pascamenyimak: yaitu tahap pengukuhan atas pengetahuan baru yang diraih siswa, dilanjutkan dengan memotivasi dan memfasilitasi siswa untuk melakukan reaksi positif baik secara lisan dan tertulis

2.      BERBICARA
         Kompetensi berbicara yang ingin dicapai mencakup kemampuan melafalkan secara tepat (menggunakan artikulasi secara tepat), memilih kata (diksi), menggunakan intonasi dan irama, berbicara untuk mengemukakan pendapat, berbicara untuk menyampaikan informasi, berbicara untuk berinteraksi dan berdiskusi, serta berbicara untuk menyampaikan hasil reproduksi.
         Secara umum, keterampilan berbicara dibedakan menjadi berdiskusi, berpidato, wawancara, memberikan tanggapan, menyampaikan informasi, menceritakan suatu peristiwa, dan berbicara sastra.

a.      Berdiskusi
            adalah suatu cara bertukar pendapat antara dua orang atau lebih untuk memperoleh kesepakatan atau keputusan bersama. Yang termasuk dalam kegiatan berdiskusi adalah diskusi kelompok, diskusi panel, workshop/ lokakarya, rapat kerja, seminar, konferensi, kongres, simposium, kolokium, sarasehan, cawan ikan (fish bowl), dan debat.

b.      Berpidato
            adalah penyampaian uraian secara lisan tentang suatu hal di depan umum, Langkah-langkah persiapan berpidato adalah sebagai berikut:
1. Menentukan topik.
2. Menentukan maksud/tujuan
3. Menganalisis situasi dan pendengar.
4. Memilih dan merumuskan topik ke dalam ide-ide yang lebih terperinci.
5. Mengumpulkan bahan.
6. Memahami dan menghayati materi.
7. Latihan berpidato.

c.       Wawancara
adalah suatu cara mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada seseorang (narasumber). Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus disiapkan     terlebih dahulu, disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan.

d.      Memberikan tanggapan
adalah kegiatan menyampaikan pendapat tentang sesuatu yang merupakan tanggapan,     persetujuan, ketidaksetujuan, kritik, atau dukungan terhadap sesuatu.

e.      Menyampaikan informasi
adalah kegiatan memberikan informasi atau berita tentang sesuatu kepada orang lain. Ada tiga hal penting dalam penyampaian informasi, yaitu: keakuratan, kelengkapan, dan kejelasan.

f.        Menceritakan suatu peristiwa
adalah kegiatan berbicara yang dilakukan untuk menceritakan kesan pembicara tentang sesuatu atau suatu peristiwa.

g.      Berbicara sastra
Yang dimaksud dengan berbicara sastra adalah kegiatan berbicara yang berkaitan dengan karya sastra. Pengembangan kemampuan berbicara sastra meliputi berbalas pantun, musikalisasi puisi, mendongeng, dramatisasi/bermain peran berdasarkan naskah, menceritakan kembali isi cerpen, dan menanggapi secara lisan pementasan karya sastra. Masalah ini secara khusus akan dibicarakan pada aspek sastra.
  
Sasaran penilaian keterampilan berbicara adalahsebagai berikut:
1) Topik : Kemampuan memilih, menentukan dan memahami topik
2) Retorika :  Kemampuan menyusun dan menyampaikan topik
3) Kebahasaan  :  a) Kemampuan menggunakan bahasa baku
                             b) keterampilan menggunakan bahasa secara efektif dan pragmatis
4) Sikap/aspek non-bahasa : Mimik, pantomimik, suara.

D.     Hubungan Antar aspek Keterampilan berbahasa

Hubungan antara Menyimak dan Berbicara
Menyimak dan Berbicara merupakan dua kegiatan yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam kegiatan sehari-hari Menyimak (mendengarkan) dan berbicara berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Kedua kegiatan ini merupakan proses yang terjadi antara dua orang atau lebih dengan sebuah media yang disebut Bahasa yang dimiliki dan dipahami bersama. Hubunganya adalah:
1.      Keduanya merupakan kegiatan komunikasi tatap muka langsung dua arah
2.      Ujaran biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi)
3.      Kata-kata anak biasanya ditentukan oleh stimulan yang ditemui (misal kehidupan desa tau kota)
4.      Ujaran anak mencerminkan pemakaian bahasa disekitarnya baik di rumah, sekolah atau lingkungan masyarakat
5.      Anak dapat memahami kalimat lebih panjang dan rumit daripada kalimat yang diucapkannya
6.      Meningkatkan menyimak berarti meningkatkan kualitas keterampilan berbicara
7.      Ujaran anak baik dan benar bila terbiasa menyimak ujaran yang baik dan benar
8.      Berbicara dengan alat peraga membantu penyimak menangkap informasi

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ada 4 aspek keterampilan berbahasa Indoneia yaitu mendengar (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Mendengarkan dan berbicara merupakan aspek keterampilan berbahasa ragam lisan. Berbicara dan mendengarkan adalah dua jenis keterampilan berbahasa lisan yang sangat erat kaitannya. Berbicara bersifat produktif sedangkan mendengarkan bersifat reseptif.

Keterampilan bahasa (language skills) mencakup empat keterampilan berikut:
1.      Keterampilan menyimak (listening skills)
2.      Keterampilan berbicara (speaking skills)
3.      Keterampilan membaca (reading skills)
4.      Keterampilan menulis (writing skills)

Mendengarkan merupakan tindakan aktif reseptif, pendengar tidak sekadar menerima informasi, tetapi juga mengolah atau memprosesnya. Dalam proses pengolahan itu terjadi interaksi aktif antara informasi yang diperoleh dengan informasi/pengetahuan awal yang dimiliki pendengar. Kemampuan pendengar memahami dan memproses informasi sangat dipengaruhi oleh tujuan mendengarkan serta wawasan yang dimiliki.
Kompetensi berbicara yang ingin dicapai mencakup kemampuan melafalkan secara tepat (menggunakan artikulasi secara tepat), memilih kata (diksi), menggunakan intonasi dan irama, berbicara untuk mengemukakan pendapat, berbicara untuk menyampaikan informasi, berbicara untuk berinteraksi dan berdiskusi, serta berbicara untuk menyampaikan hasil reproduksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar